Senin, 21 Desember 2009

Madu dan Kuantum

Kuantum dan peradaban .


Dalam pendidikan pada umumnya kita diajarkan untuk menilai suatu benda dengan sebuah tolok ukur yang bisa dipertanggungjawabkan, begitulah kata peradaban saat ini mengajarkan kita dalam keseharian hidup di muka bumi ini.

Bagaimana kualitasnya?

Berapa kuantitasnya? (baca jumlahnya)

Bahwa kita dihadapkan pada dunia kebendaan atau yang dibendakan yang harus bisa diukur dalam relatifitas kualitas dan kuantitas belaka?

Salahkah pola deskipsi (menggambarkan) yang demikian?

Rasanya ndak juga

Akan tetapi apakah sudah benar?

Rasanya tidak perlu dibenarkan karena belum tentu mampu mewakili nilai sebuah benda atau yang dibendakan tadi

Cukupkah metode penilaian kualitas dan kuantitas tadi mewakili nilai kebendaan????

Rasanya tidak akan pernah cukup, kesadaran akan apa kekurangan yang telah kita lakukan lebih bernilai daripada kebenaran nilai itu sendiri

Intan dan karbon

Intan dan karbon (arang) adalah sebuah benda yang tersusun dari unsur sama yaitu: karbon…………. terus apa yang bisa membedakan intan dan karbon????????

Intan adalah susunan karbon yang telah berproses sedemikian rupa di alam semesta dalam ruang dan waktu (perlu jutaan tahun??) yang tidak akan dapat ditiru dengan rekayasa belaka.

Andaikan untuk meningkatkan kualitas intan tadi dibakar apa yang terjadi???

Sia2lah proses yang telah dilakukan oleh alam tadi

Yang mampu memberi nilai intan hanya orang yang telah kuantum dengan ruhnya intan

Setali tiga uang bila menilai mutiara , emas dan logam mulia dsb

Madu dan gula

Madu adalah suatu proses alam sedemikian rupa didapatkanlah madu dengan beragam kuantum

Andaikan untuk meningkatkan kualitas madu tadi dipanaskan apa yang terjadi???

Sia2lah proses yang telah dilakukan oleh alam tadi dalam menghasilkan sebuah kuantum madu??

Cukupkah nilai dari sebuah madu hanya dihitung pendekatan dari kuantitas dan kualitas gula madu belaka????

Dari dua contoh di atas menjelaskan bahwa semua proses alam adalah suatu proses kuantum yang pasti tidak bisa ditiru oleh proses rekayasa melalui penilaian dengan metode pendekatan kualitas dan kuantitas

Ingat bahwa reaksi alam (kuantum) berlangsung pada kondisi lingkungan sedangkan proses rekayasa berlangsung dalam kondisi rekayasa

Kuantum dalam diri manusia

Siapa yang sangka bahwa anggur yang telah disimpan puluhan tahun di gudang bawah tanah ternyata menghasilkan kuantum dalama citarasa yang tidak akan bisa didapatkan dengan rekayasa menembus kuantum waktu lampau

Inilah contoh kecerdasan manusia telah sampai pada pola alam dalam kuantum

Nah sekarang tinggal giliran pada manusianya sendiri apakah bisa memproses diri dengan rekayasa segala teori dunia, manejemen, leadership, segala teori di muka bumi sehingga bisa menghasilkan manusia superhero??? Dalam waktu sesingkat proses rekayasa (baca pelatihan, outbond dsb dsb)

Apakah fungsi waktu yang telah dilalui oleh manusia dan para pendahulunya akan dilupakan??? Apakah kematangan dalam diri manusia dengan mudah didapat melalui prses rekayasa belaka

Bila dijawab ya…mungkin inilah awal petaka akan datang bagi manusia

So seolah manusia akan semakin maju dan merasa paling maju dalam sejarah peradaban manusia akan tetapi pada kenyataannya????? Dijawab sendiri saja daripada diprotes lebih baik untuk bahan renungan belaka

Sudah jamak dalam keseharian bahwa kita sendiri tidak menghargai kuantum yang telah dilalui dengan tuanya kita dan dewasanya kita dengan cara suka menyanjung generasi muda seolah harapan dan akan lebih hebat dari generasi tua???? Anakku hebat, bapak dulu ndak sekolah. Kamu nak lebih hebat dari bapak dan ibu. Wah anak sekarang hebat2 pada gelar s1…s2…s3 masih muda2 lagi

Apa karyanya?????? beri mereka kesempatan untuk berkarya dan biarkan karyanya berbicara

Silahkan memberi semangat akan tetapi jauhkan dari sanjungan

Kuantum dalam diri manusia tidak pernah disadari dan dihayati sehingga seolah dunia baru akan lebih baik dengan munculnya generasi baru

Datangnya generasi baru yang tidak dilandasi oleh kuantum yang telah dicapai oleh generasi sebelumnya bagai membangun istana pasir belaka

Transfer nilai2 spirit dari generasi tua ke generasi muda tidak pernah dibakukan dan dianggap generasi muda mampu mencari dan mendapatkan kuantum yang telah dilalui oleh generasi tuanya.

Akan sangat disayangkan orangtuanya mampu mencapai tahap kuantum tertentu eh anaknya dibiarkan liar masuk belantara dunia tanpa pengarahan dan bimbingan

Itulah awal petaka

Apakah kematangan seseorang dapat diperoleh dengan cara instant penuh rekayasa????

Apakah berjalannya umur dengan bergam pengalaman hidup itu juga sesuatu yang tidak bisa dilalui dengan sebuah rekayasa pelatihan manajemen.

Dalam Islam manusia yang bernama Muhammad bin Abdullah diangkat menjadi Nabi pada umur 25 tahun dan selanjutnya pada umur 40 tahun baru diangkat menjadi Rasul.

Itulah gambaran bahwa manusia yang sempurna dalam islam melalui tahapan yang tidak instant.

Bagaimana manusia sekarang

Kami hanya mengajak merenung bukan dalam rekayasa penampilan nampak cerdas

Bila masih ada yang berpretensi nampak cerdas adanya anda memang cerdas dan kalaulah demikian adanya yang memangnya mau diapakan to

Tulisan ini mungkin sulit dimengerti tapi ya ndak apalah

Akan muncul pretensi yang beragam …sok filosofis… sok agamis…sok elegan sok cerdas …sok-sok-an …. ya ndak apa2lah namanya juga manusia ya silahkan saja ndak usah takut menilai dan dinilai……..

Akan muncul kontroversi ya begitulah peradaban

Apa perlu ditanggapi? ya diterima saja ..ndak perlu disalahkan…apalagi dibenarkan adanya ……. lebih baik nanggapi lagunya mbah Surip………sambil diingat keelegan mbah Surip yang jauh dari rekayasa amin……..

Tak gendong kemana mana……..

Enak to dari pada bengong melompong lebih baik makan lontong sambel terooooooooooooong!!!!!!........ haaaaaa haaaa

Selamat jalan mbah surip

Guyonan, 2009

1 komentar:

  1. Silakan copy paste bila membutuhkan,mohon dengan cara yang elegan dengan menyebut asal artikel ini dari blog kami.

    BalasHapus