Rabu, 10 Februari 2010

Sarasehan jin, manusia dan pertapa gua hantu

Alkisah di suatu negeri yang penuh sesak dengan manusia jin dan hantu, terjadilah kekacauan yang sesungguhnya biasa saja walaupun kata penduduk negeri tersebut ruarrrr biasa.
Peradaban perut:
Kisah dimulai dari penduduk strata tertentu yang selalu bilang dalam keadaan lapaaaaaaaar melulu walaupun perutnya penuh sesak oleh makanan. Seiap hari mereka berorientasi bagaimana memenuhi perut yang selalu lapar belaka. Jadilah perut tersebut sebagai komoditas utama dalam perbincangan sehari-hari kehidupan negeri tersebut. Yang heboh adalah perbincangan seputar perut dan barang siapa yang bisa memenuhi perut dengan makanan pilihan maka dijamin akan bahagia, tenang dsb dsb.
Maka berlomba-lomba mereka mempertontonkan hasil perjuangan dan jerih payahnya bagi yg telah berhasil. Apapun itu dimana-mana mereka memperlihatkan perutnya yang buncit dan jalannya yang ekeh-ekeh (kata si orang jawa). Setiap melangkah yang pertama dilihat adalah perutnya yang merupakan lambing kemakmurannya, ya sesekali ya kesandung kerikil lha wong jalanya ketutup oleh buncit perutnya ya mau apa….
Pada saat umur sudah mulai menginjak 40-an mulailah perbincangan itu beralih ke bagaimana mengelola perut yang buncit ini. Mulailah sarasehan, bahwa hari ini telah diketemukan suatu obat yang mampu meluruhkan isi perut. Ada yang minum obat pelangsing bagi yang pas-pasan dan ada yang sampai sedot lemak bagi yang ilmunya tinggi serta didukung oleh kantong yang tebal… Yang jelas semua berlomba menurunkan muatan perut, masih ada joget/tari perut dan jadilah peradaban di kelompok ini yang mempermasalahkan perut dan bagimana mengelola perut. Maka sebut saja telah berkembang peradaban perut di kelompok dalam negeri belingsatan ini.
Peradaban ilmu
Di suatu kelompok masyarakat belingsatan juga terkumpulah persatuan orang yang sopan, santun dan terpelihara serta tertata dalam pergaulan masyarakatnya. Adem ayem kehidupan di situ sambil mereka sesekali mencibir masyarakat kelompok lain dengan mengatakan bahwa mereka bukan manusia yang mengenal peradaban ‘ilmu’. Tutur katanya selalu terpuji, setiap ucapan harus melalui kaidah yang sudah dibakukan dan barang siapa yang melanggar ya tanpa ampun harus rela dikeluarkan dari kelompok masyarakat peradaban ini. Sangat jarang terjadi tapi ya sesekali meski terjadi dan selalu menjadi tontonan menarik dalam jagad pewayangan negeri tersebut. Mereka telah berhasil menciptakan ilmu pasar, siapapun yang mau menguasai pasar ya harus belajar ilmu pasar. Mereka menguasai ilmu manajemen dan barang siapa yang mau jadi manejer ya harus menguasai ilmu manejemen. Mereka mengusai ilmu perang, sihir, kecantikan, kebudayaan, dan segala ilmu dunia dikuasai dan hasilnya memang luar biasa. Maka mereka berlomba-lomba menguasai ilmu dunia karena ingin menguasai dunia.
Karena persaingan yang begitu ketat dalam rangka menguasai dunia maka terjadilah peperangan jagad perwayangan dunia yang nampak rumit dan sengit serta licik yang penting bisa menguasai dunia pewayangannya. Dan setelah mereka menguasai dunianya maka mulailah perang ke dunia lain, pakai istilah mereka: diversifikasi-lah. Keberhasilan sebuah strategi yang telah diterapkan selama ini digodok dan dipoles sana-sini untuk menghadapi lawan-lawan periode berikutnya. Dan satu persatu rontoklah pasukannya oleh karena lawan telah merubah strategi dan penyakit pahlawan atau orang sukses pasti memakai strategi yang sama untuk mengulang kesuksesannya. Ndak salah lah memang selama ini telah terhasil dengan gilang gemilang. Di saat menghadapi kekalutan situasi tata Negara yang kacau akan kalah perang datanglah tamu penguasa yang tak diundang yaitu yang namanya sakit. Dan saudara dekat sakit itu adalah mati. Habislah kekuatan yang selama ini dibanggakan pada saat itu. Apa daya runtuhlah secara perlahan dan pasti sang raja mulai ditinggal mati para prajurit yang kalah perang dan gemetar hatinya menghadapi sakit dan saudara dekatnya. Akhirnya si penguasa mati oleh ketakutan karena sakit. Dan pada saat itulah saudara dan anaknya pada takut datang oleh karena takut ketularan penyakitnya atau kena pancaran aura kematian yang akan mematikan kerajaanya. Jadi bergidik ya…………
Peradaban gelap/bingung
Alkisah pada saat itu telah padam nur jatidiri manusia di muka bumi, sesuatu yang nampak terang benderang malahSetiap hari selalu datang dalam keadaan yang siap memberantas bingung dan saat yang sama menebar bingung. Ucapannya meyakinkan untuk membawa manusia keluar dari kebingungan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Sayangnya pancaran auranya malah menambah kebingungan yang dinasehati.Gamblang terpancar dari sekujur tubuhnya memancarkan kebingungan yang nyata. Anginya kecil tapi dibesar-besarkan, malah ndak punya angin kecuali saat kentut. Apinya kecil kebat-kebit mau mati tapi disembur-semburkan agar nampak nggegirisi, padahal jadi lucu. Air juga ndak punya maka waktu menyemburkan api kepanasan sendiri makanya jadi konyol. Tanah di bumi luas tersedia tapi ndak dipakai untuk menapakkan kakinya. Ya akhirnya kepontang panting oleh angin puting susu belaka……. Semakin tajam ucapannya dan semangatnya malah menunjukkan semakin menunjukkan kehampaan belaka. Dengan menyebut menurut ini dan itu bukankah menunjukkan tidak tahunya dirijatinya.Dan kalaulah dipikir-pikir malah membagi-bagikan dan menebar kebingungan dalam dirinya.
Padepokan pertapa gua hantu
Pada saat jin datang ke pertapa gua hantu, pertapa kaget juga karena selama ini tidak belajar ilmu jin atau sebangsa yang tidak nampaklah kecuali melihat tayangan ‘penampakan’ di tv Indonesia saja. Pertanyaan yang diajukan jin adalah : pertapa, negeri kami ini lagi banyak dikunjungi manusia yang banyak nanya ini dan itu, minta nasehat dan serta bimbingan, lebih parah lagi bangsa kami ini seperti di jadikan pemimpin bagi manusia?? Semestinya aku ini mencari imam pada manusia dan aku suka iri manusia itu punya jazad kasar itu. Lah kok aneh mereka pada berguru pada bangsa kami jin….Sebetulnya ini lagi ada apa pertapa negeri manusia-mu itu pertapa?? Lha kok kowe juga bertapa di gua hantu itu bagaimana ceritane??
Ehhh ehh jin aku jawab aku bertapa di gua hantu itu untuk melihat ilmunya hantu juga , dan kenapa kok manusia sekarang pada takut pada yang namanya hantu. Padahal semestinya yang takut adalah hantunya pada manusia itulah yang meski aku selidiki sehingga aku meski masuk ke gua hantu itu. Ada dua kemungkinan, yang pertama hantunya tambah ilmunya semakin tinggi atau perguruan ilmu hantu sudah sedemikian pesatnya dan manusia tertinggal dalam hal takut menakuti. Yang kedua adalah manusia turun ilmunya atau kehilangan ilmu manusianya yang meski tetap dipegang teguh dsb dsb. Ahhh hasil selama investigasi masuk ke gua hantu kesimpulan akhirnya adalah manusia telah meninggalkan ilmu manusianya yang merupakan jatidiri manusia yaitu manusia sebagai makhluk halus dalam ruhaninya dan manusia sebagai makhluk kasar dalam ragawinya. Yang satu menekuni ruhaninya belaka yang kebablasan terus akhirnya ketemu ilmunya jin karena melupakan ragawine. Yang lain menekuni ilmu ragawine belaka dan berakhir dalam hedonisme (kata orang beradab) bahwa sesuatu hanya dilihat dari raga kasar belaka. Ilmu olah tubuh belaka. Atau ilmu olah jiwa belaka. Kedua-duanya pada keblinger lan bingung yang ndak karuan ujung pangkalnya.
Para penuntut ilmu dari pertapa gua hantu, manusia itu jatidirinya ya wujudnya yang kasar sekaligus rukhaninya yang halus. Setiap sesuatu apapun yang akan dilakukan ya meski dalam rangka memegang amanah keduanya, ambil soal makan apakah ini bermanfaat dan dibutuhkan untuk badan atau sekedar untuk memenuhi keinginan belaka. Waktu makan makanan yang sehat sekalipun bila cara mendapatkan dari cara yang ndak halal maka tergetarlah hatinya saat suap demi suap makanan masuk ke dalam mulutnya. Jadilah yang pasti penyakit. Ya dunia ya akhirat begitulah kata pak ustadnya.
Suatu saat pertapa ditelpon oleh seorang pejuang wanita: aku ini dan anak-anak sudah kasih tahu ke suami bahwa tidak mau dibawakan atau diberikan oleh-oleh atau apalah yang dari sesuatu yang meragukan apalagi yang haram. Tapi sang suami bilang tenanglah istri bahwa ‘abang’ bisa dan ndak apa-apa wong Cuma gitu aja kok …. Abang bisa bawain yang lebih dari ini… dan saya marah pertapa ke suami ndak…ndak… ndak ini barang haram saya ndak mau dan ndak minta. Walaupun karena kasihan akhirnya aku pakai juga baju dan oleh-oleh yang lain untuk anak-anak. Pertapa kenapa ini meski terjadi dan saya dapat suami seperti dia.
Pertapa mulai bicara: memang mulutmu tidak sedikitpun minta tapi setiap hari setiap saat kamu selalu memancarkan keinginan (eksplisit) dengan ngajak jalan-jalan suami ke baju-baju mahal yang itu bukan kapasitas suamimu. Kamu selalu bilang ini bagus dan itu indah tapi kamu selalu bilang cukup melihat saja. Pancaranmu lebih tajam daripada pisau mata belati di ulu hati suamimu, dan itulah yang setiap hari mengiris-iris suamimu……. Maka kamupun terhukum dalam kemunafikan???? Maka diamlah juga hatimu dalam tawakal…………..
Pada kesimpulan akhirnya lihatlah bahwa yang mempengaruhi manusia adalah pada apa yang dipancarkan oleh hatinya bukan apa yang diucapkan. Dan itu semua merupakan hasil perjuangan simultan manusia utuh lahir/jazad dan batin/ruhnya. Sampai disini tidak ada yang mampu menipu lagi, karena wujud/realita yang berbicara dan mulut akan sibuk membela diri belaka. Itulah maka pertapa mengajak kerabat semua ndak usah banyak gembar-gembor dengan mulut atau umbaran nafsu belaka mulailah belajar diam……
Yang menentukan akhir manusia adalah pada apa yang dipancarkan oleh hatinya……..jadilah nur dalam dirimu sendiri
Apakah yang engkau ekspresikan itu merupakan nur dirimu belaka maka engkau akan hemat bicara, kebalikannya bila engkau suka menceritakan yang engkau tahu maka itu seolah belaka alias pertanda gelapnya diri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar